Selasa, 27 November 2018

MEDIA PEMBELAJARAN SIMULASI EROSI OLEH AIR (Ronikha Imawwati)


EROSI
   A. Pengertian Erosi
Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dll) akibat transportasi angin, air, es, hujan, pengaruh gravitasi atau akibat aktivitas makhluk hidup. Proses erosi dapat menyebabkan merosotnya produktivitas tanah dan daya dukung tanah. Erosi sebenarnya merupakan sebuah proses alami dan baik bagi ekosistem, tetapi kebanyakan kejadian erosi diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata kelola lahan yang bukuk, penggundulan hutan dan aktivitas merugikan lain.
Gambar 1. Erosi Alur
Sumber: KKL Fisik Geografi Angkatan 2015
   B. Penyebab Erosi/Pengikisan

     1.  Penyebab Alamiah
·         Faktor Iklim, besar kecilnya intensitas hujan, rata-rata dan rentang suhu, musim, kecepatan angin dan frekuensi badai.
·         Faktor geologi yang juga dapat mempengaruhi terjadinya erosi antara lain adalah tipe sedimen, batuan, porositas, permeabilitas, kemiringan, jenis dan sifat tanah pada lahan yang bersangkutan.
·         Faktor biologis, aktivitas makhluk hidup yang bepengaruh pada kondisi lahan.
   2.      Aktivitas Manusia
·         Penebangan hutan yang tidak diimbangi dengan penanaman pohon kembali sehingga dapat menyebabkan hutan gundul.
·         Konstruksi yang tidak tertata dengan baik.
·         Alih fungsi hutan menjadi lahan pertambangan, perkebunan, pertanian, maupun pembangunan jalan.
Gambar 2. Contoh Alih Fungsi Lahan
Sumber: KKL Fisik Geografi Angkatan 2015
   C.   Proses Terjadinya Erosi
Erosi terjadi melalui 3 tahapan utama, yaitu :
      1.      Detachment
Detatchment adalah proses interaksi antara objek padatan (tanah, batuan, dll) dengan penyebab erosi seperti angin, air, gelombang laut, ataupun es. Interaksi ini akan menyebabkan pecahnya objek padatan menjadi partikel-partikel yang lebih kecil dan akhirnya terlepas.
      2.      Transportation
Partikel kecil yang terlepas dari objek padatan tadi akan dibawa ke tempat lain dengan pengaruh pergerakan dari penyebab erosi tersebut, biasanya dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah.
      3.      Depotition / Sedimentation
Suatu saat partikel kecil yang ditransportasikan tersebut akan terhenti di tempat yang baru. Kemudian partikel ini akan mengalami pengendapan di tempat yang baru.
Gambar 3. Proses Terjadinya Erosi

Sumber: www.ilmudasar.com
   D.    Klasifikasi Macam-Macam Erosi (Pengikisan)
          1.      Erosi oleh Air (Ablasi)
Ablasi merupakan erosi yang disebabkan oleh air mengalir. Gesekan antara aliran air dengan tanah merupakan penyebab utama terjadinya ablasi. Semakin besar kecepatan dan jumlah air maka akan semakin cepat terkikisnya tanah atau batuan di dasar lahan (sungai). Apabila gesekan terjadi terus-menerus, maka akan menimbulkan perubahan bentuk pada lahan tadi. Erosi yang disebabkan oleh air dapat dibagi lagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan tingkatan kerusakannya, yaitu :
·         Erosi percik (Splash Erosion), proses pengikisan yang terjadi karena percikan air. Pengikisan terjadi dalam skala yang sangat kecil.
·         Erosi Lembar (Sheet Erosion), proses pengikisan tanah yang tebalnya sama (merata) dalam suatu permuakan tanah.
·         Erosi Alur (Rill Erosion), proses erosi yang terjadi karena air mengalir berkumpul dalam satu cekungan. Erosi ini terjadi karena terkonsentrasinya air pada tempat terperciknya partikel tanah yang kemudian membentuk aliran ke bawah. Contohnya adalah timpaan air hujan yang keras pada suatu lahan tertentu.
·         Erosi Parit (Gulley Erosion), merupakan erosi yang terjadi sama seperti erosi alur diatas. Tetapi saluran yang terbentuk sudah sangat dalam sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa. Suatu erosi baru bisa dikatakan erosi parit apabila mempunyai lebar sekitar 40 cm dengan dalam sekitar 25 cm.
           2.      Erosi oleh Angin (Deflasi)
Deflasi merupakan pengikisan yang terjadi oleh angin, proses ini banyak ditemukan di daerah gurun dan pada tempat dengan tiupan angin kencang disertai pasir. Deflasi akan menghasilkan hasil pengikisan batuan yang berbentuk seperti jamur. Prisip dasar dari erosi jenis ini sama dengan erosi oleh air, yaitu disebabkan karena gesekan pergerakan angin dengan objek padatan tertentu.
         3.      Erosi oleh Es (Eksarasi)
Eksarasi adalah erosi yang disebabkan oleh gletser atau es. Eksarasi hanya terjadi pada daerah yang mempunyai musim salju atau daerah pegunungan tinggi. Gletser atau es akan membentuk cairan kental yang bergerak, pergerakannya ini akan mengikis bagian kanan dan kiri lembah gunung. Batuan yang dilaluinya akan tergores kemudian terkikis oleh gletser.
       4.      Erosi oleh Gelombang Laut (Abrasi)
Abrasi adalah erosi yang disebabkan oleh air laut. Tinggi rendahnya erosi oleh air laut dipengaruhi besar kecilnya kekuatan gelombang laut. Beberapa hasil dari erosi oleh air laut antara lain adalah :
·         Cliff, yaitu pantai dengan dinding curam dan terjal.
·         Relung, yaitu cekungan yang terdapat pada dinding cliff.
·         Dataran Abrasi, hamparan wilayah pendataran.
·         Pantai Fyord, pantai berleka-lekuk jauh menjorok ke arah dataran.
·         Pantai Skeren, pantai seperti fyord dengan lekukan yang tidak terlalu tajam. 
         5.      Korosi
Korosi merupakan jenis erosi yang hampir mirip dengan deflasi, karena juga disebabkan oleh media angin. Perbedaannya terletak pada jenis partikel yang dibawa angin tersebut. Deflasi terjadi karena kekuatan angin tanpa melibatkan partikel di dalamnya, sedangkan korosi terjadi karena angin membawa butiran pasir atau butrian batuan.
   E.     Dampak Erosi (Pengikisan)
     1.      Dampak Negatif
      Lahan Kritis
Tempat yang sering terjadinya erosi akan membuat lahan kritis. Lahan kritis adalah lahan yang mengalami kerusakan sehingga kehilangan fungsi hidrologi untuk mengatur persediaan air dan fungsi ekonomi untuk menjadi tempat produksi.

      Pendangkalan dan pencemaran di Dataran Rendah
Dataran rendah merupakan tempat dimana tertimbunnya partikel-partikel hasil erosi. Pada daerah ini hasil erosi akan mengalami pengendapan bahan beserta senyawa kimia yang dikandungnya. Pengendapan tersebuakan mengakibatkan pendangkalan sungai, tertimbunnya tanah subur oleh lumpur, dan dangkalnya bendungan, bahkan pada beberapa kasus dapat membahayakan kesehatan karena mengandung senyawa kimia yang beracun.

     Kehilangan Kesuburan Tanah (Daerah yang terkikis)
Tanah yang terkikis akan kehilingan lapisannya sehingga yang tersisa umumnya kurang subur dan memerlukan tindakan pemupukan.

      Berkurangnya debit air pada sungai, danau dan waduk
Akibat pengendapan hasil erosi yang tertumpuk pada suatu tempat, biasanya pada sungai, danau dan waduk. Maka erosi dalam jangka waktu panjang akan mengurangi debit air pada daerah ini karena hasil pengendapan semakin tebal.
    2.      Dampak Positif
      Menambah Kesuburan Tanah (Daerah tempat hasil erosi terhenti)
Tanah yang terkikis biasanya merupakan tanah subur. Jadi apabila partikel hasil erosi jatuh di tempat yang kurang subur, maka proses pengendapan tersebut dapt membantu kesuburan tanah, karena partikel hasil erosi mengandung unsur hara yang penting bagi tanah.

      Timbulnya inisiatif dan kesadaran
Adanya resiko erosi akan membuat kita sadar betapa pentingnya menjaga lingkungan. Oleh karena itu muncul aktivitas seperti konservasi terhadap lahan kritis, penanaman pohon, dll. 
Berikut adalah contoh dari simulasi terjadinya erosi atau pengkisan yang diakibatkan oleh air hujan

Langkah-Langkah Mengukur Kemiringan Lereng


LANGKAH-LANGKAH MENGUKUR KEMIRINGAN LERENG
Berikut ini adalah salah satu praktek kuliah lapangan di wisata Batu Benawa, Barabai, Kalimantan Selatan dalam mata kuliah Geomorfologi kami mengukur kemiringan lereng yang ada di wisata tersebut, berikut adalah langkah-langkahnya:
1 1.  Menggunakan GPS
Menentukan letak untuk memulai pengukuran. Sebelum mengukur kemiringan lereng, sebelumnya kita harus mengetahui terlebih dahulu letak koordinat lokasi yang kita ukur karena pengukuran kemiringan lereng ini terbagi menjadi 4 yaitu puncak, lereng atas, lereng tengah, lereng bawah, dataran kaki, dan dataran.
Gambar 1. GPS
Sumber: KKL Fisik Geografi Angkatan 2015
   2.    Menentukan Pembagian Lereng

Tahap kedua adalah menentukan pembagian lereng, yaitu:
Gambar 2. Puncak

Sumber: KKL Fisik Geografi Angkatan 2015
Gambar 3. Lereng Atas
Sumber: KKL Fisik Geografi Angkatan 2015
Gambar 4. Lereng Tengah
Sumber: KKL Fisik Geografi Angkatan 2015
Gambar 5. Lereng Bawah
Sumber: KKL Fisik Geografi Angkatan 2015
Gambar 6. Dataran Kaki
Sumber: KKL Fisik Geografi Angkatan 2015
Gambar 7. Dataran
Sumber: KKL Fisik Geografi Angkatan 2015
   3. Pemasangan Yalon (Profilling)
     Setelah mengetahui pembagian lereng maka selanjutnya adalah memasang/menajak yalon ke tanah yang berlokasi di titik-titik lereng yang sudah ditentukan pembagiannya untuk melakukan pengukuran. Yalon yang kami gunakan ini memiliki panjang 175 cm.
Gambar 8. Pemasangan Yalon

Sumber: KKL Fisik Geografi Angkatan 2015
   4. Pengukuran Menggunakan Abney Level
Pemasangan yalon dilakukan untuk mengukur kemiringan lereng menggunakan Abney Level yang dapat di lihat pada gambar di bawah ini. Abney Level adalah sebuah alat yang dipakai untuk mengukur ketinggian yang terdiri dari skala busur derajat. Beberapa kelebihan Abney Level adalah mudah untuk digunakan, relatif murah dan akurat. Abney Level digunakan untuk mengukur derajat dan elevasi topografi. Alat ini berupa teropong yang dilengkapi dengan busur setengah lingkaran. Pada kali ini Abney Level yang digunakan lebih kecil dibandingkan dengan Abney Level yang digunakan oleh angkatan sebelumnya.
Metode dalam menggunakan abney level ini adalah yang pertama pegang alat Abney Level, letakkan lubang tempat membidiknya di mata, bidikan ke suatu sasaran yang lebih tinggi dari mata kita, atur atau gerakan setengah lingkaran berskalanya ke atas atau ke bawah sampai gelembung nivo yang terlihat di teropong tepat di benang mendatar, yang terakhir lihat angka skala pada setengah lingkaran tadi, angka tersebut menunjukkan kemiringan atau bidikan yang kita lakukan.
Gambar 9. Abney Level
Sumber: KKL Fisik Geografi Angkatan 2015
Gambar 10. Membidik Kemiringan Lereng Menggunakan Abney Level
Sumber: KKL Fisik Geografi Angkatan 2015  
   5. Lembar Kerja
Dalam melaksanakan penelitian atau praktek kerja lapangan kita harus memiliki lembar kerja yang menjadi patokan apa yang harus dilakukan dilapangan. Berikut ini adalah bentuk lembar kerja yang berisi mengenai indikator apa saja yang akan kami teliti pada saat kerja tim di lapangan.
Gambar 11. Lembar Kerja Tim Geomorfologi
Sumber: KKL Fisik Geografi Angkatan 2015  
   6. Hasil Kerja Lapangan
Gambar 12. Ilustrasi Kemiringan Lereng

Sumber: KKL Fisik Geografi Angkatan 2015  

Sumber:
Hasil KKL Fisik Geografi Angkatan 2015

Rabu, 21 November 2018

MEMANFAATKAN SDA DENGAN PRINSIP EKO-EFISIENSI (Oleh Ronikha Imawwati)


PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DENGAN PRINSIP EKO-EFISIENSI
Materi pembelajaran pemanfaatan Sumber Daya Alam dengan prinsip Eko-Efisiensi yaitu sebagai berikut:
1.      Pengertian Eko-Efisiensi
Eko-efisiensi merupakan singkatan dari kata ekologi dan efisiensi dimana kata ini mengimplikasikan bahwa peningkatan efisiensi berasal dari perbaikan kinerja lingkungan.

Gambar.1 Eko-efisiensi

Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh World Businnes Council for Suistainable Development (WBCSD) pada tahun 1992. Eko-efisiensi ini bertujuan untuk menciptakan konsep lebih sedikit serta membuat limbah dan polusi sesedikit mungkin, untuk menjaga kelestarian lingkungan.
2.      Prinsip Eko-Efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya alam
Prinsip eko-efisiensi adalah suatu prinsip yang mengefisiensikan energi dan bahan yang tidak tergunakan menjadi lebih tergunakan didalam proses produksi sehingga dapat menekan bahkan meminimalkan tingkat energi dan bahan yang terbuang.



Gambar 2. Prinsip ekoefisiensi
Maksud prinsip eko-efisiensi adalah energi dan bahan yang tak tergunakan didalam suatu sistem proses produksi akan terbuang dan menjadi limbah baik itu berupa limbah padat, limbah cair maupun limbah gas dan akan menyebabkan peningkatan social cost (dampak biaya sosial yang ditanggung oleh masyarakat) untuk proses lanjutannya. Sehingga dengan meningkatkan efisiensi, maka yang akan terjadi adalah semakin banyak energi dan bahan yang tergunakan pada proses produksi, dengan demikian akan semakin sedikit yang terbuang. Oleh karena itu prinsip ekoefisiensi dapat dikatakan meminimalkan tingkat bahan dan energi yang akan terbuang serta menjadi lebih efisien.
Prinsip eko-efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya alam antara lain sebagai berikut:
1.      Meningkatkan efisiensi penggunaan energi. Energi yang tersedia digunakan sebesar-besarnya untuk proses produksi, dan mengurangi proporsi energi yang terbuang percuma.
2.      Pemilihan sumber daya alam yang tepat. Misal: di Kabupaten A akan mendirikan pembangkit listrik. Pemerintah setempat harus memilih pembangkit listrik yang akan didirikan menggunakan sumber daya alam batu bara, minyak bumi, gas alam, energi angin, energi air, atau energi tata surya.
3.      Melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Proses pembangunan harus terjadi sinergi (kerjsama) antara lingkungan (ekologi) dan pembangunan. Pembangunan tidak mengesampingkan keselarasan lingkungan, dan lingkungan yang sehat harus mendukung proses pembangunan. Contohnya mengkonsepsikan bahwa SDA di dalam negeri harus menjadi milik sendiri. Adapun pengelolaannya untuk memaksimalkan diperlukan tenaga asing.
4.      Perilaku arif masyarakat. Untuk melestraikan dan menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi semua makhluk, maka perilaku masyarakat yang mencakup 4R + 1F yaitu sebagai berikut:
a.      Reduce, yaitu mengurangi penggunaan bahan-bahan yang dapat merusak lingkungan. Reduce juga berarti mengurangi belanja barang-barang yang tidak “terlalu dibutuhkan”. Cara lain yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut:
·         Menghemat penggunaan kertas dan tisu karena terbuat dari kayu yang harus ditebang dari pohon di hutan.
·         Memelihara, merawat, dan memperbaiki barang-barang yang kita miliki daripada membeli yang baru.
·         Membeli produk-produk buatan lokal untuk mengurangi buangan emisi dari transportasi.
·         Membeli produk yang bisa di daur ulang atau terbuat dari bahan daur ulang.
·         Menghindari atau mengurangi juga pemakaian peralatan makan/minum seperti sendok/garpu dan sedotan minuman yang terbuat dari plastik.
·         Minimalkan penggunaan pestisida.
·         Mengurangi penggunaan bahan kimia saat membersihkan sudut rumah.
Ini adalah contoh dari Reduce:

Gambar 3. Menggunakan tisu yang ramah lingkungan
b. Reuse, yaitu penggunaan kembali barang bekas yang masih dapat digunakan baik untuk fungsi lain. Reuse ini cocok untuk negara kita. Cara lain yang dapat digunakan adalah:
·         Menggunakan keramik atau gelas cangkir kopi bukan cangkir sekali pakai seperti yang terbuat dari plastik atau styrofoam.
·         Menggunakan kembali kantong plastik dan wadah penyimpan barang lainnya.
·         Menggunakan kain serbet, sapu tangan yang bisa digunakan kembali daripada kertas tisu dan kertas pembersih sekali pakai lainnya.
·         Menggunakan wadah yang dapat digunakan kembali untuk menyimpan makanan, bukannya aluminium foil dan bahan plastik lainnya.

Gambar 4. Minum Menggunakan Gelas Kaca/Keramik
Lebih baik minum menggunakan gelas keramik atau gelas kaca karena dapat digunakan berkali-kali
Gambar 5. Minum menggunakan aqua gelas plastik
Minum menggunakan gelas plastik atau aqua tidak dapat digunakan berulang kali maka dari itu untuk mengurangi limbah kita dapat mengurangi penggunaan bahan plastik dengan contoh sederhana seperti gambar di atas.
c.       Recycle, yaitu mendaur ulang barang. Contoh paling sederhana adalah mendaur ulang sampah organik, menggunakan bekas botol plastik air minum untuk pot tanaman, sampai mendaur ulang kertas bekas menjadi kertas. Daur ulang skala besar dapat dilakukan pabrik-pabrik besar untuk melaksanakan prisip eko-efisiensi. Contohnya industri kelapa sawit selain menghasilkan minyak kelapa sawit (CPO) dalam proses produksinya juga menghasilkan limbah maupun produk samping. Untuk mengoptimalkan biaya produksi, meningkatkan profit, dan meningkatkan daya saing, maka limbah hasil produksi dimanfaatkan kembali menjadi produk samping yang bermanfaat dan ramah lingkungan. cangkang biji sawit dan serta dapat dimanfaatkan untuk sumber energi. Dalam kehidupan sehari-hari recycle antara lain dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
·         Menggunakan pakaian yang terbuat dari bahan yang ramah lingkungan.
·         Menggunakan tas daur ulang untuk menyelamatkan lingkungan.
·         Recycle segalanya: koran, botol, dan kaleng, plastik, kulit, kaca, dan aluminium serta bahan anorganik lainnya.
·         Memanfaatkan sampah non-organik didaur ulang untuk menjadi produk kerajinan tangan yang indah.
·         Mengumpulkan sampah dan membuang di tempat yang sesuai dengan peruntukkannya.
·         Barang plastik bekas seperti ember, kemasan cat dinding, botol bekas minuman, dan lainnya bisa dipakai ulang atau dikreasikan menjadi pot tanaman yang indah.
Contoh Recycle:
1. Langkah-Langkah Membuang sampah pada tempatnya 
Membuang sampah pada tepatnya bertujuan untuk mencegah terjadinya banjir, membuat lingkungan bersih,membuat tanah menjadi lebih subur karena tidak terkontaminasi dengan sampah-sampah yang dibuang sembarangan di atas tanah.
a. Langkah 1. Ambil sampah yang ada di lingkungan sekitar kita
Gambar 6. Memungut sampah di lingkungan sekitar sekolah SMAN 12 Banjarmasin
b. Membuang sampah ke tempatnya
Gambar 7. Membuang daun yang gugur dari pohon ke bak sampah organik
Gambar 8. Membuang sampah pada tempatnya

b. Daur ulang dari koran bekas dijadikan tempat tisu
Gambar 9. Mendaur ulang koran bekas menjadi tempat tisu
c. Mendaur ulang sampah plastik menjadi tas cantik merupakan salah satu cara mengurangi limbah plastik yang dibuang sia-sia dan mencemari lingkungan


  Gambar 10. Daur ulang bungkus plastik menjadi tas  cantik
d. Mendaur ulang botol plastik menjadi pot bunga
Gambar 11. Daur ulang botol plastik

d.      Repair, adalah usaha perbaikan demi lingkungan. Contohnya: perilaku penduduk pantai yang sukarela menanam mangrove (bakau) ditepi pantai agar tidak terkena abrasi. Reboisasi atau perbaikan lahan kritis dengan pengijauan sehingga terbentuk daerah resapan yang mampu menahan limpahan air, serta mencegah longsor.
e.       Frugal, yaitu menggunakan sumber daya alam yang tidak boros tapi “irit”, dengan cara penggunaan seperlunya, tidak berlebihan dan limbahnya terbatas. Contohnya dalam menggunakan air tutup kra bila keperluan sudah selesai, matikan listrik yang tidak diperlukan, segera perbaiki pipa PDAM yang bocor, gunakan kendaraan yang “irit” bahan bakar, dirikan pembangkit listrik yang “irit” dan efisien, artinya bahan bakar yang digunakan sedikit, hasilnya maksimal dan tidak banyak limbah yang terbuang.
Contoh frugal yaitu dengan menggunakan air secukupnya saja dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Gambar 12. Irit dalam memakai air 
Sumber: 
1.      Buku Geografi Siswa Kelas XI Kemendikbud, Tahun 2016

MEDIA PEMBELAJARAN SIMULASI TERJADINYA LETUSAN GUNUNG BERAPI

PROSES TERJADINYA LETUSAN GUNUNG BERAPI Oleh: Ronikha Imawwati Sub Pembahasan: 1. Materi Pembelajaran Mengenai  Gunung Merapi 2...